Memasuki abad ke-21 perkembangan teknologi informasi semakin cepat, hanya dalam hitungan detik informasi dapat diterima dengan mudah. Perkembangan dunia Pendidikan pun semakin maju, seorang guru harus dapat mengikuti sesuai dengan tuntutan zaman. Guru bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran secara konvensional, namun seorang guru harus dapat menggunakan teknologi sebagai media dalam pembelajaran. Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran terutama menggunakan teknologi. Namun, kenyataannya, guru di Indonesia belum sepenuhnya dapat memanfaatkan teknologi. Masih banyak guru yang ternyata belum siap dengan kedatangan teknologi tersebut. Padahal saat ini, semua aspek sudah menggunakan digitalisasi. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru pada abad ke-21 dengan penguasaan pedagogik digital. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu berupa kajian literatur, dengan mencari berbagai sumber kemudian menganalisanya. Hasil dari penelitian ini bahwa ternyata seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik digital agar guru tersebut dapat meningkatkan kompetensinya sesuai dengan pembelajaran abad 21. Diharapkan nantinya seorang guru dapat bersaing di tengah derasnya era digitalisasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 JURNAL BASICEDU Volume 6 Nomor 4 Tahun 2022 Halaman 6960 - 6966 Research & Learning in Elementary Education Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 Yayu Sri Rahayuningsih1, Tatang Muhtar2 Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia1,2 E-mail yayusrirahayuningsih tatangmuhtar Abstrak Memasuki abad ke-21 perkembangan teknologi informasi semakin cepat, hanya dalam hitungan detik informasi dapat diterima dengan mudah. Perkembangan dunia Pendidikan pun semakin maju, seorang guru harus dapat mengikuti sesuai dengan tuntutan zaman. Guru bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran secara konvensional, namun seorang guru harus dapat menggunakan teknologi sebagai media dalam pembelajaran. Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran terutama menggunakan teknologi. Namun, kenyataannya, guru di Indonesia belum sepenuhnya dapat memanfaatkan teknologi. Masih banyak guru yang ternyata belum siap dengan kedatangan teknologi tersebut. Padahal saat ini, semua aspek sudah menggunakan digitalisasi. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru pada abad ke-21 dengan penguasaan pedagogik digital. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu berupa kajian literatur, dengan mencari berbagai sumber kemudian menganalisanya. Hasil dari penelitian ini bahwa ternyata seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik digital agar guru tersebut dapat meningkatkan kompetensinya sesuai dengan pembelajaran abad 21. Diharapkan nantinya seorang guru dapat bersaing di tengah derasnya era digitalisasi. Kata Kunci Pedagogik Digital, Kompetensi Guru, Pembelajaran Abad 21 Abstract Entering the 21st century the development of information technology is getting faster, in just seconds information can be received easily. The development of the world of education is also increasingly advanced, a teacher must be able to follow in accordance with the demands of the times. The teacher does not just provide conventional subject matter, but a teacher must be able to use technology as a medium in learning. A teacher must be creative and innovative in designing learning. However, in reality, teachers in Indonesia have not been able to fully utilize technology. There are still teachers who are not ready for the arrival of this technology. For this reason, the purpose of this research is to improve teacher competence in the 21st century with digital pedagogic mastery. The method in this study uses a qualitative method in the form of a literature review, by looking for various sources and then analyzing them. The results of this study indicate that a teacher must have digital pedagogic competence so that the teacher can improve his competence in accordance with 21st century learning. It is hoped that later a teacher can compete in the midst of the rapid era of digitalization. Keywords Digital Pedagogy, Teacher Competence, 21st Century Learning Copyright c 2022 Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar Corresponding author Email yayusrirahayuningsih ISSN 2580-3735 Media Cetak DOI ISSN 2580-1147 Media Online 6961 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan teknologi informasi semakin meningkat, arus informasi yang masuk tidak dapat dibendung lagi. Semuanya diterima dengan begitu cepat dan perubahan paradigma ini berdampak pada semua bidang tidak terkecuali bidang pendidikan. Segala sistem pendidikan yang ada telah beralih kepada digitalisasi, sistem pendataan pun saat ini telah berubah semenjak hadirnya dapodik di sekolah. Semua informasi sekolah, guru dan peserta didik dapat diakses dengan mudah hanya dengan satu data. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi juga berdampak pada pembelajaran. guru dituntut harus mahir menggunakan teknologi dalam pembelajaran agar guru tersebut dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Sehingga para guru dapat bersaing di era digital ini. Menurut Perdani & Andayani, 2021 menyatakan bahwa jika guru menguasai teknologi maka guru tersebut memiliki kesiapan untuk memberikan pembelajaran kepada siswa. Jadi, penguasaan teknologi sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Meskipun dalam pelaksanaannya guru akan menemui tantangan, tetapi seorang guru mau tidak mau harus siap menerima segala resikonya dan tetap harus bersikap secara profesional Iswatiningsih, 2021. Begitupun menurut Budiana et al., 2021 bahwa seorang guru Ketika menghadapi tantangan abad 21, seorang guru harus meningkatkan kompetensinya dan terus menggali informasi sebanyak-banyaknya agar guru tersebut selalu up to date dan tidak ketinggalan zaman. Karena guru merupakan salah satu agen perubahan maka guru harus melakukan perubahan dari dalam dirinya sendiri, kemudian dapat menularkannya kepada peserta didik sehingga peserta didik memiliki bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni. Tidak hanya itu, guru juga harus membekali peserta didik dengan pendidikan karakter dan kepribadian, karena ilmu pengetahuan dan teknologi saja tidak cukup dimiliki untuk menghadapi tantangan pembelajaran abad 21 saat ini. Untuk itu, sudah tentu seorang guru harus memiliki banyak pengetahuan, mampu berpikir kritis, siap menghadapi segala macam tantangan dan tentu dituntut untuk selalu bijak dalam menghadapi masalah. Namun demikian dalam kenyataannya, terdapat ketimpangan berupa kesenjangan antara harapan dan kenyataan yaitu tuntutan digitalisasi bagi guru terhadap kemampuan guru itu sendiri Syahid et al., 2022. Kondisi di lapangan masih sangat memprihatinkan baik dari segi kualitas atau professional maupun kuantitas. Peserta didik yang sedang dihadapi saat ini merupakan peserta didik yang lahir di era digital, mereka terbiasa dengan hal-hal yang berkaitan dengan internet, mereka sudah pandai memainkan gawai yang mereka miliki. Apalagi dengan banyaknya media sosial dan games yang saat ini sudah merambah semua kalangan, membuat peserta didik menjadi mahir dengan sendirinya dalam menggunakan teknologi. Namun, terdapat sebagian guru yang belum mampu menggunakan teknologi dan informasi secara baik dan bijak. Contohnya, terdapat guru yang kurang mahir menggunakan perangkat komputer atau gawai, karena hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya yaitu kurangnya sarana dan prasarana sehingga guru belum terbiasa menggunakan gawai itu sendiri. Namun ada juga guru yang sudah mampu menggunakan perangkat komputer namun belum begitu mahir menggunakan berbagai aplikasi untuk pembelajaran, tentu dalam hal ini guru tersebut perlu memperluas lagi pengetahuannya, seperti sering mengikuti pelatihan penggunaan media ajar digital atau mengikuti berbagai kegiatan webinar yang diselenggarakan kemendikbud. Hal ini sejalan menurut pendapat Yufita et al., 2021 bahwa dengan pelatihan TIK dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengajar dengan menggunakan perangkat TIK. Perkembangan media teknologi informasi menjadi salah satu landasan pokok dalam perkembangan abad 21. Media informasi merupakan hal wajib yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya penggunaan internet. Namun ketika informasi yang datang sangat cepat tidak jarang berita di internet justru diduplikasi dan direplikasi dengan sangat tidak wajar. Banyak informasi yang diterima masyarakat merupakan informasi yang tidak valid kebenarannya, sehingga masyarakat termakan oleh berita palsu. Tentu tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada guru, untuk itu guru perlu meningkatkan literasi digitalnya karena 6962 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 informasi yang diterima saat ini harus dipastikan kebenarannya. Begitu pun yang dialami peserta didik, karena informasi semakin banyak sehingga peserta didik kesulitan mendapatkan berita yang berguna atau sesuai dengan kebutuhannya Kizi, 2022. Semakin banyak informasi yang diterima semakin mudah mereka terbawa atau bahkan tersesat di dunia maya. Dalam hal ini, sudah jelas bahwa seorang guru memiliki peranan penting untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan terjadi kedepan terkait teknologi dan informasi. Untuk mengatasi ini semua diperlukan pedagogik baru yang dapat menunjang kebutuhan para guru dalam melakukan pembelajaran yaitu dengan menghadirkan pedagogik digital. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji secara kritis esensi manusia dan pendidikan sebagai upaya mengembangakan segala aspek kehidupan manusia melalui proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan kedewasaan dalam berbagai aspek Herlambang, 2018. Sedangkan pedagogik digital merupakan suatu pendekatan yang perlu dikuasai seorang guru di zaman sekarang ini agar guru tersebut memiliki keterampilan menggunakan teknologi sehingga dalam pembelajaran di kelas guru mampu mendampingi peserta didiknya dalam menghadapi tuntutan zaman. Sehingga tujuan dari penelitian ini guru dapat meningkatkan kompetensinya untuk menciptakan pembelajaran abad 21. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka atau studi literatur. Metode kajian pustaka digunakan dengan cara mengumpulkan beberapa artikel, jurnal, buku sumber dan dokumen lain yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi seperti materi yang berkaitan dengan pedagogik, literasi digital, dan pembelajaran abad ke-21. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berfokus pada penemuan fakta yang diperoleh. Kemudian mengkaji artikel tersebut serta menganalisisnya sehingga diperoleh kesimpulan berupa pemecahan masalah yang diinginkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan terdapatnya masalah dalam pendidikan di era digital ini, Indonesia diharuskan menyiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga kedepannya bangsa Indonesia menjadi negara yang maju dalam bidang pendidikan. Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menghasilkan generasi yang tentunya memiliki kemampuan sesuai dengan perkembangan zaman yaitu dengan selalu melakukan pengembangan kompetensi bagi guru. Peran guru saat ini mengalami perubahan, guru tidak lagi sebagai orang yang hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi tugas guru di masa yang akan datang akan bergeser perannya dengan hadirnya teknologi. Dengan seiring berjalannya waktu peran guru akan tergantikan jika guru tersebut tidak mau melakukan perubahan. Memasuki abad ke-21 ini tuntutan dunia internasional terhadap tugas seorang guru sangat berat. Guru diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang bertumpu pada ada empat pilar belajar yang dianjurkan oleh komisi internasional UNESCO untuk pendidikan. Empat pilar tersebut yang pertama yaitu learning to know, artinya bahwa belajar untuk mengetahui atau mempelajari suatu pengetahuan secara mendalam. Kedua learning to do, merupakan belajar untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini seseorang belajar untuk dapat menggunakan pengetahuan dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga learning to be, dapat diartikan sebagai belajar untuk menjadi seseorang yang bermanfaat, dalam hal ini berarti bagaimana melalui pendidikan seseorang dapat belajar untuk menjadi manusia-manusia hebat. Keempat learning to life together, artinya bahwa belajar untuk dapat bertahan hidup bersama-sama untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hal tersebut, maka sudah dipastikan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan peserta didiknya, dengan demikian guru harus lebih kreatif lagi. Selain itu guru juga harus 6963 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 memahami bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan sehingga peserta didik dapat menerapkan nilai yang ada di masyarakat Daryanto, 2019. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki guru di abad 21 ini menurut Trilling & Fadel, 2009 yaitu 1 life and Career skills keterampilan hidup dan berkarir seperti mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan budaya produktivitas kepemimpinan serta tanggung jawab, 2 learning and Innovation skills keterampilan belajar dan berinovasi seperti berpikir kritis, dapat mengatasi masalah, berkomunikasi dan berkolaborasi kreativitas dan informasi, 3 information media dan teknologi skills keterampilan teknologi dan media informasi dalam hal ini berarti kita semua harus memiliki literasi informasi literasi media dan literasi ICT. Dari penjelasan tersebut, tentu pada proses pembelajaran abad 21 harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai yang mendukung pembelajaran abad 21 tentu penggunaan komputer, handphone, dan jaringan internet adalah hal yang paling utama baik untuk peserta didik dan tentu untuk gurunya sendiri. Walaupun sebetulnya dunia pendidikan kita masih mencari model yang tepat untuk digunakan di Indonesia saat ini, melihat bahwa negara Indonesia merupakan negara yang luas dengan segala keragamannya. Terdapat beberapa kelompok yaitu 1 Kelompok konservatif, dalam kelompok ini memandang bahwa teknologi banyak menimbulkan dampak negatif. Sehingga peserta didik tidak diperbolehkan menggunakan gawai. 2 Kelompok integratif atau konvergen, kelompok ini berpikir bahwa pendidikan tradisional dan pendidikan digital adalah solusi yang baik. Dalam pelaksanaannya kelompok ini memandang bahwa menjaga tradisi yang baik masa lalu dan menganggap digital adalah pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki. 3 Kelompok fully digital atau digital penuh yang berpikir bahwa digital adalah solusi pendidikan saat ini, namun perlu dipertimbangkan juga terhadap sikap, karena aspek afektif tidak dapat diselesaikan atau digantikan dengan digital. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan mengakibatkan perubahan akan lapangan pekerjaan yang semakin bervariasi, ditambah kebutuhan SDM yang lebih mumpuni dan daya saing nasional yang terus meningkat mengharuskan dunia pendidikan di Indonesia harus siap melakukan perubahan untuk menghadapinya. Menjawab tantangan tersebut kuncinya terdapat pada guru. Zaman berubah begitu cepat dan tentu mengharuskan inovasi pembelajaran mengikutinya. Guru harus bisa menjawabnya dengan kemampuan literasi baru dengan aspek literasi data literasi teknologi dan literasi humanistik atau SDM. Sangat disayangkan apabila seorang guru tidak dapat meningkatkan kompetensinya, tidak selayaknya seorang guru di zaman seperti ini belum bisa menghidupkan atau mematikan komputer, menerapkan e-learning, melakukan literasi digital, dan merancang pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. Perlu dilakukan perubahan dengan beberapa pendekatan. Pertama, TIK dalam pembelajaran menyesuaikan era digital. Kedua, semua guru wajib melek TIK literasi dan mendorong inovasi berbasis digital. Ketiga, salah satu indikator guru ideal yaitu memiliki kompetensi digital. guru yang mampu menjawab tantangan zaman adalah mereka yang melek TIK literasi digital juga menguasai teknologi secara teoritis dan praktis Duryat & Duryat, 2019. Pengembangan kompetensi guru sangat dibutuhkan di abad 21 ini, karena dengan mengembangkan kompetensi, guru dapat menghadapi generasi yang akan datang. Untuk mendukung kompetensi guru dalam hal pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional seorang guru menurut Asmoro et al., 2021 harus diberikan peningkatan metode pembelajaran seperti tutorial learner centered sampai games education. Sedangkan menurut Somantri, 2021 penguasaan aspek-aspek pedagogik dan pemahaman tentang kompetensi pedagogik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru agar dapat memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya. Meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya menurut Yufita et al., 2021 dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang guru jika sering mengikuti pelatihan Teknologi Informasi terkait pembelajaran maka kompetensi guru akan meningkat. Sejalan dengan itu Pentury et al., 2021 mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pedagogik, guru dalam merencanakan dan mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik, efektif dan menarik seorang guru harus sering mengikuti kegiatan webinar dan workshop terkait pemanfaatan teknologi 6964 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 untuk pembelajaran, seperti pelatihan penerapan media pembelajaran digital interaktif. Media digital yang menarik akan menstimulasi semangat kerja guru maupun peserta didik. Pelatihan tersebut memberikan kemampuan baru yang mendukung guru untuk dapat lebih professional. Selain itu, menurut Astutik, 2022 dengan sering melakukan pembelajaran daring, kompetensi pedagogik guru meningkat. Karena guru terbiasa menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran daring tentu seorang guru harus memiliki kesiapan terkait kemampuan literasi digital, kesiapan sarana dan prasarana, dan karakteristik siswanya. Menurut Yuniarti et al., 2021 untuk meningkatkan kualitas pembelajaran daring diperlukan berbagai upaya antara lain meningkatkan kemampuan literasi digital, mahir dalam menggunakan teknologi, kreatif, memahami karakteristik siswa dan tentunya perlu kerjasama dengan orang tua. Di tengah gempuran teknologi yang telah masuk dan menjadi bagian dalam Pendidikan, maka seorang guru harus dapat mengatasi permasalahan yang ada. Guru tidak hanya harus mahir menggunakan teknologi tetapi guru juga harus bijak dalam menggunakan teknologi tersebut. Karena semua aspek kehidupan telah beralih ke era digital, maka diperlukan literasi digital untuk mendampingi peserta didik. Sedangkan, generasi yang akan kita didik merupakan bagian dari era digital tersebut. Sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pedagogik digital hadir sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru yang diperlukan di abad 21 ini. Pedagogik digital menurut Purfitasari et al., 2019 merupakan suatu pendekatan yang bukan hanya sekedar kemampuan guru dalam menggunakan teknologi, melainkan guru tersebut harus dapat memanfaatkan teknologi untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa dan mengembangkan sikap siswa dalam menyikapi teknologi. Para guru diharapkan dapat mengarahkan peserta didiknya untuk memiliki pemikiran yang kritis sehingga peserta didik akan terbiasa dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi Asdiniah, 2021. Begitu pun menurut Hendriani et al., 2019 bahwa Pendidikan harus mengembangakan kesadaran kritis peserta diidk dalam menghadapi kenyataan yang ada. Pedagogik digital tidak hanya menyajikan pembelajaran yang serba digital, tetapi guru dituntut untuk memiliki etika ketika menggunakan teknologi atau sumber internet sebagai media pembelajaran. Guru tidak boleh asal dalam mengutip buku sumber atau menjiplak karya orang lain tanpa izin terlebih dahulu. Guru harus lebih bijak dalam menyikapi arus informasi yang ada contohnya guru dapat menyaring informasi yang baik, yang akurat dan bukan berita hoax. Karena dengan era digital ini arus informasi begitu cepat maka sebagai guru harus dapat mencari tahu terlebih dahulu kebenaran informasi yang diterima. Guru tidak boleh asal menyampaikan informasi tanpa tahu kebenarannya dan jelas sumbernya Ramdhan et al., 2021. Begitupun guru harus dapat menyampaikan informasi kepada peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Di samping itu, karena dengan hadirnya teknologi yang beragam muncul berbagai media sosial yang tidak dapat kita cegah keberadaannya. Dunia sudah berada di era digital ini, dampak negatif yang ada tidak bisa dihindari tetapi justru guru harus bisa mengatasinya. Seorang guru harus memiliki etika komunikasi yang baik dalam bersosial media. Contohnya tidak menggunakan kata-kata kasar, menghasut, porno ataupun SARA; jangan memposting artikel atau status yang belum tentu kebenarannya; jangan mencuri artikel atau gambar yang memiliki hak cipta, serta memberikan komentar yang sesuai dengan postingan dan tidak menghujat. Dampak lain yang ditimbulkan dari perkembangan era digital ini yaitu merosotnya nilai-nilai budaya pada peserta didik. Untuk itu pedagogik digital merupakan pendekatan yang salah satunya dapat meningkatkan kembali nilai-nilai kebudayaan. Maka diperlukan penanaman nilai-nilai budaya pada masyarakat dan literasi teknologi agar dapat melakukan penyaringan informasi dan juga tidak mudah terpengaruh terhadap isu global, serta dapat meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut Hamdani, 2021. Guru yang professional tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran saja tetapi yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai budaya kedalam ilmu pengetahuan supaya peserta didik 6965 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 memiliki daya saing tinggi dan mempunyai kualitas yang baik. Guru yang profesional bukan hanya sebagai sumber belajar teacher centre, akan tetapi guru yang profesional merupakan fasilitator yang membuat siswa menjadi kreatif. Jadi saat ini sudah seharusnya teknologi menjadi bagian dari pembelajaran, menurut Chaerul & Srisudarso, 2019 bahwa tidak lagi menjauhkan peserta didik kita dari teknologi bahkan media sosial,tetapi justru menggunakan teknologi yang digunakan siswa dengan aplikasi-aplikasi inovasi-edukatif karya guru. Media sosial dijadikan media pembelajaran yang menarik dan ajang untuk mengekspresikan kreativitas atau karya guru dan peserta didik untuk lebih bersaing kearah yang lebih baik. KESIMPULAN Memasuki abad ke-21 perkembangan teknologi informasi semakin cepat, tidak terkecuali dunia Pendidikan. Seorang guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik yang dapat mengikuti perkembangan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran, namun seorang guru harus dapat menggunakan teknologi sebagai media dalam pembelajaran. Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran terutama menggunakan teknologi. Namun, kenyataannya, guru di Indonesia belum sepenuhnya dapat memanfaatkan teknologi. Masih banyak guru yang ternyata belum siap dengan kedatangan teknologi tersebut. Sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pedagogik digital hadir sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru yang diperlukan di abad 21 ini. Pedagogik digital merupakan suatu pendekatan yang bukan hanya sekedar kemampuan guru dalam menggunakan teknologi, melainkan guru tersebut harus dapat memanfaatkan teknologi untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa dan mengembangkan sikap siswa yang baik dalam menyikapi teknologi. Di samping itu dengan penguasaan guru terhadap pedagogik digital diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai budaya yang sudah semakin terkikis akibat dampak negatif arus globalisasi. Dengan demikian guru di abad 21 memiliki kompetensi yang baik, sesuai dengan tuntutan zaman. DAFTAR PUSTAKA Asdiniah, E. N. A. 2021. Urgensi dan Implikasi Pedagogik Kritis pada Pendidikan di Era Revolusi Industri Jurnal Pendidikan Tambusai, 51, 1707–1712. Asmoro, B. T., Dwinugraha, A. P., & Faridah, L. 2021. Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik Melalui Teknologi Digital dalam Proses Belajar Mengajar pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Malang. Karta Raharja, 21, 1–8. Astutik, W. D. 2022. Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Penerapan Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid 19 di SMAN 1 Ponggok Tahun Pelajaran 2020 / 2021. Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan, 2April, 43–53. Budiana, I., Tinggi, S., Tarbiyah, I., & Village, I. 2021. Menjadi guru profesional di era digital. JIEBAR, 023, 144–161. Chaerul, A., & Srisudarso, M. 2019. Produktif Berbasis Informasi dan Teknologi pada Guru SMK. Seminar Internasional Riksa Bahasa, 1071–1078. Daryanto. 2019. Pembelajaran Abad 21. Duryat, P. S., & Duryat, M. 2019. Paradigma Baru Manajemen Sekolah di Era Revolusi Industri 1st ed., Vol. 1. CV Alfabeta. 6966 Pedagogik Digital Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 – Yayu Sri Rahayuningsih, Tatang Muhtar DOI Jurnal Basicedu Vol 6 No 4 Tahun 2022 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Hamdani, A. D. 2021. Pendidikan di Era Digital yang Mereduksi Nilai Budaya. Cermin Jurnal Penelitian, 5, 62–68. Hendriani, A., Nuryani, P., & Ibrahim, T. 2019. Pedagogik literasi kritis; sejarah, filsafat dan perkembangannya di dunia pendidikan. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, 44–59. Herlambang, Y. T. 2018. Pedagogik Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiprespektif Y. Abidin ed.; 1st ed.. Bumi Aksara. Iswatiningsih, D. 2021. Guru dan Literasi Digital Tantangan Pembelajaran di Era Industri Peluang dan Tantangan Pembelajaran Digital di Era Industri Menuju Era 1, 232–245. Kizi, Z. F. A. 2022. Integration of Pedagogical and Information Technologies in The Educational Process. International Conference on Learning and Teaching, 6, 271–274. Pentury, H. J., Rangka, I. B., & Anggraeni, A. 2021. Peningkatan Kemampuan Pedagogik Guru dalam Pembelajaran Daring melalui Penerapan Kuis Interaktif Daring. Jurnal Surya Masyarakat, 32, 109–114. Perdani, B. U. M., & Andayani, E. S. 2021. Pengaruh Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge TPACK terhadap Kesiapan Menjadi Guru. Jurnal Pendidikan Akuntansi Negara, 192, 99–115. Purfitasari, S., Masrukhi, Prihatin, T., & Mulyono, S. E. 2019. Digital Pedagogy sebagai Pendekatan Pembelajaran di Era. Seminar Nasional Pascasarjana 2019 Universitas Negeri Semarang, 0–5. Ramdhan, W., Nofriadi, & Dahriansyah. 2021. Masyarakat Bijak dalam Memanfaatkan Sosial Media di Era Society Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat, 12, 159–164. Somantri, D. 2021. Abad 21 Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru. Equilibrium Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi, 1802, 2. Syahid, A. A., Hernawan, A. H., & Dewi, L. 2022. Analisis Kompetensi Digital Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 63, 4600–4611. Trilling, B., & Fadel, C. 2009. 21st Century Skills Learning for Life in Our Times. Jossey-Bass. Yufita, Sihotang, H., & Tambunan, W. 2021. Peningkatan Kompetensi Pedagogik melalui Pelatihan Teknologi Informasi Komunikasi dan Pendampingan Kepala Sekolah pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar. Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan, 36, 3993–4006. Yuniarti, Y., Mulyati, T., Abidin, Y., Herlambang, Y. T., & Yusron, E. 2021. Eksplorasi Pembelajaran Matematika Secara Daring dalam. Naturalistic; Jurnal Kajian Penelitian Dan Pendidikan Dan Pembelajaran, 52, 856–871. ... Sehingga sebagai guru yang professional dibidangnya harus berkualitas dan memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan era sekarang. Hal lain juga diungkapkan oleh Rahayuningsih & Muhtar 2022 mengatakan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik digital agar mampu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan pembelajaran abad-21. ...Hermila Taufik R. L. BauTransformasi digital dalam sektor pendidikan salah satunya ditandai dengan penerapan pembelajaran model blended learning yaitu pemaduan model pembelajaran konvensional dengan penggunaan E-Learning daring. Pada penerapannya proses pemanfaatan e-learning masih problematik dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan tenaga pendidik dalam menggunakan teknologi dan infrastruktur teknologi digital yang kurang memadai. Penelitian ini berujuan untuk mengkaji penggunaan e-learning sebagai komplemen dalam pembelajaran berdasarkan persepsi mahasiswa dan dosen serta kontribusi upaya yang dilakukan dosen dalam membantu percepatan transformasi digital dalam pendidikan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif di fakultas teknik Universitas Negeri Gorontalo. Sebanyak 322 mahasiswa dan 46 orang dosen sebagai responden dalam penelitian ini. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan wawancara. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil menunjukkan 1 Persepsi mahasiswa mengatakan bahwa pembelajaran dirasa kurang maksimal. 2 Hasil kontradiktif yang menyatakan bahwa pemanfaatan e-learning sebagai penunjang proses pembelajaran yang maksimal. 3 Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dosen dalam membantu proses percepatan transformasi digital. Kesimpulannya yaitu terdapat perbedaan pendapat antara peserta didik dan tenaga pendidik terkait persepsi terhadap pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran. Kemudian sebagai usaha dalam mendukung kebijakan pemerintah pada proses akselesarasi transformasi digital dalam dunia pendidikan diperlukannya kesadaran untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi digital terbaru guna mendukung kreatifitas mendesain konten pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik untuk meningkatkankan animo peserta didik menggunakan e-learning. Maka dari itu pemerintah juga perlu menindaklanjuti usaha yang dilakukan para praktisi didunia pendidikan dengan memfasilitasi melalui penyelenggaraan pelatihan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran untuk para tenaga pendidik.... Rangkaian aktivitas yang dilakukan guna untuk mencapai tujuan pembelajaran . Dasar dan harapan dari ketercapaian tujuan pembelajaran dipicu dengan adanya perkembangan revolusi industri sehingga sistem pendidikan dibutuhkan bisa mewujudkan sistem mempunyai keterampilan yang sanggup berpikir kritis dan memecahkan masalah Rahayuningsih & Muhtar, 2022. Tentunya peserta didik harus kreatif inovatif dan terampil dalam berkomunikasi serta berkolaborasi Istanto, 2014. ...Lia Masliah Sri Dewi NirmalaSugilar SugilarPeningkatan kemampuan literasi dan numerasi pada peserta didik SD diharapkan mengalami perubahan melalui AKM. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan dan keefektifan pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Hasil analisis menunjukan bahwa efektivitas Problem Based Learning besar rata-rata nilai 82,68 terhadap literasi peserta dan sebesar 81,00 nilai rata-rata terhadap numerisasi peserta didik. Data nilai N-Gain kelas eksperiment lebih besar dari kelas kontrol. Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik di SD. Implikasi dari penelitian ini adalah guru harus mampu menyesuiakan model pembelajaran dengan kondisi anak, lingkungan atau berdasarkan tujuan indikator pembelajaran. Keefektifan Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL terhadap Kemampuan Literasi dan Numerasi Peserta Didik di Sekolah Dasar... Siregar et al., 2022. Kehidupan di abad 21 menantang siswa untuk menguasai berbagai keterampilan terpenting yang terkait dengan pilar-pilar kehidupan yakni learning to live together, learning to be, learning to do, serta learning to know Rahayuningsih & Muhtar, 2022. Salah satu keterampilan yang terkandung dalam 4 pilar tersebut yaitu literasi informasi sebagai akibat dari berkembangnya teknologi komunikasi Puspita et al., 2021. ...Penelitian ini bertujuan guna menganalisis sejauh mana pengaruh literasi digital guru dan lingkungan belajar terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar sebanyak 1778 siswa. Jenis penelitian yang dipergunakan yaitu kuantitatif dengan metode korelasi. Hasil penelitian terhadap hail belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Cibereum ini adalah 1 Literasi digital guru memiliki pengaruh sebesar dengan signifikan bernilai 0,000 0,05 yang mengartikan cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa; 2 Lingkungan belajar memiliki pengaruh sebesar sebesar dengan signifikan bernilai 0,000 0,05 yang mengartikan cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa; 3. Literasi sdigital guru dan lingkungan belajar berpengaruh cukup signifikan yaitu sebesar dengan probabilitas yakni sig bernilai 0,000 0,05. Sehingga maka lingkungan belajar dan literasi digital guru memiliki pengaruhpada hasil belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Cibeureum. Besarnya pengaruh lingkungan belajar dan literasi digital terhadap hasil belajar, menuntut guru mengembangkan kompetensinya pada bidang teknologi informasi. Sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih inovatif, kreatif dan modern. Berdasarkan analisis data tersebut maka dapat simpulkan bahwa kemampuan digital guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, maka implikasi dari penelitian ini adalah diperlukan adanya pelatihan khusus guna meningkatkan professional digital guru melalui pelatihan atau Ahmad SyahidAsep Herry HernawanLaksmi DewiPerubahan dunia secara global turut menghadirkan pelbagai alat-alat teknologi yang semakin canggih, termasuk dalam dunia pendidikan. Dibutuhkan peningkatan kualitas guru sebagai penyeimbang kemajuan pendidikan ini, salah satunya adalah meningkatkan kompetensi digital guru. Namun, kenyataan di lapangan masih terdapat kondisi ketertinggalan teknologi. Penelitian ini memfokuskan untuk 1 mengetahui intensitas penggunaan perangkat digital dalam pembelajaran, 2 mengetahui program aplikasi komputer yang paling sering digunakan dalam pembelajaran, dan 3 mengetahui penguasaan guru dalam menggunakan program aplikasi komputer untuk pembelajaran. Penelitian ini menggunakan deskriptif survei dengan melibatkan 70 guru sekolah dasar dengan teknik secara acak. Instrumen pengumpulan data berupa angket didampingi pula dengan penjaringan data melalui kegiatan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1 Intensitas penggunaan perangkat digital menunjukkan angka 53% guru sudah menggunakannya setiap mengajar, 31% berselangan dan 16% tidak pernah menggunakan. 2 Program aplikasi komputer yang sering digunakan adalah melalui media sosial 68% dan video conference 59% yang merupakan media paling sering digunakan untuk alternatif komunikasi pembelajaran. 3 Sebanyak 44% guru berada pada tingkat sangat mampu dalam penguasaan menggunakan program aplikasi komputer untuk YufitaHotmaulina SihotangWitarsa TambunanPandemi covid-19 telah membawa perubahan terhadap kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Guru dituntut untuk dapat menyampaikan pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi Komunikasi TIK. Rendahnya kompetensi pedagogik guru dalam memanfaatkan perangkat TIK mendasari penelitian tindakan sekolah ini. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru setelah mendapatkan pelatihan pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi TIK khususnya pelatihan pembuatan media presentasi pembelajaran menggunakan microsoft power point dan pendampingan kepala sekolah. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan di SDS Pelita, Jakarta Barat, dengan jumlah responden 10 orang guru kelas. Analisis komparatif dilakukan terhadap hasil penelitian untuk membandingkan hasil penelitian di setiap siklus. Hasil dari penelitian tindakan sekolah ini didapatkan adanya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam pemanfaatan TIK dari siklus 1 sebesar 50% menjadi 100% pada siklus ke-2. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan TIK dan pendampingan kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengajar dengan menggunakan perangkat from Home BDR in network online and offline offline is indeed a challenge for teachers in its application. Inaccurate and non-varied learning methods are problems that teachers often face, especially in online learning. Teachers also have to learn to be more creative in choosing learning media so that their students don't feel bored. Online learning can run well, be effective and fun it requires motivation and also creativity in these learning activities. Creativity is important because creativity is one of the factors that influence success in learning. If teachers are motivated and creative, they will improve their pedagogic ability well to achieve learning goals. The activity, which is carried out in the form of a webinar and workshop online for elementary and middle school teachers, increases the role of teachers professionally in intellectual, pedagogical, and creativity which can help develop the learning process given. The results of this activity are increasing teachers’ pedagogic competences in the selection and use of creative, varieties, and interactive. So, applying online interactive quizzes become solutions in increasing teachers’ pedagogic competence in learning and assessment, project or HendrianiMakalah ini bertujuan untuk menganalisis konsep pedagogik literasi kritis, mulai dari sejarah, pemikiran para filsuf, dan perkembangannya di dunia pendidikan dewasa ini. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih jarangnya pembahasan literasi sebagai kekuatan pengubah struktur sosial, pendidikan literasi kritis dapat membantu siswa untuk menandai dan mengurai beragam teks yang merepresentasikan marjinalisasi sosial, penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, penindasan, isu ras, isu gender, dan beragam kesenjangan sosial lainnya. Pendidikan literasi kritis akan membantu siswa menjadi agensi untuk mengubah realitas sosial yang kurang memihak. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konsep dengan desain analisis generik McMillan & Schumacher, 2001 atau integrative review Whittemore and Knafl 2005. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sejarah literasi kritis dimulai dari pemikiran Paulo Freire, seorang pedagog dari Brazil yang banyak membawa perubahan di dunia pendidikan melalui pemikirannya tentang konsep literasi sebagai aktivitas membaca kata dan dunia, literasi kritis juga dianggap sebagai kekuatan sosial Gramsci, perjuangan emansipasi wanita Ajayi, Agensi dan pemecahan masalah sosial Hendriani dkk. Penelitian ini memiliki signifikansi untuk memperkaya khazanah pedagogik pada umumnya, khususnya pedagogik kritis pada lingkup pendidikan literasi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk pengembangan pendidikan berbasis literasi kritis pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. This paper aims to analyze the concept of critical literacy pedagogy, from history, philosophers' thinking, and its development in the world of education today. This research is motivated by the rarely discussed literacy as a power to change social structure, critical literacy education can help students to mark and parse various texts representing social marginalization, abuse of power, injustice, oppression, racial issues, gender issues, and various other social inequalities. Critical literacy education will help students become an agency to change the impartiality of social reality. The research method used is concept analysis with generic analysis design McMillan & Schumacher, 2001 or integrative review Whittemore and Knafl 2005. The results of the research indicate that the history of critical literacy begins with the thought of Paulo Freire, a Brazilian pedagogue who brought much change in the world of education through his thoughts on the concept of literacy as the activity of reading the word and the world, critical literacy also regarded as social forces Gramsci, the struggle for emancipation women Ajayi, Agency and social problem solving Hendriani et al. This study has significance to enrich the pedagogic treasures in general, especially critical pedagogy on the scope of literacy education. The implications of this research are for the development of critical literacy-based education at the elementary to higher education Ucha Maulid Perdani Endang AndayaniGuru merupakan salah satu pihak yang berperan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu kualitas guru sangat menentukan kualitas pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Perguruaan tinggi memiliki peran yang besar dalam memberikan bekal berbagai kompetensi kepada para calon guru untuk dapat memasuki dunia kerja. Dengan kompetensi yang cukup, calon guru akan lebih siap memasuki dunia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan teknologi, kemampuan pedagogik, dan pengetahuan bidang akuntansi terhadap kesiapan mahasiswa menjadi guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksplanasi. Responden penelitian berjumlah 211 mahasiswa pendidikan akuntansi Universitas Negeri Malang. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online kemudian dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan teknologi, kemampuan pedagogik, dan pengetahuan bidang akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap kesiapan mahasiswa menjadi guru. Artinya semakin baik kemampuan teknologi, kemampuan pedagogik, dan pengetahuan bidang akuntansi mahasiswa calon guru membuat kesiapan mahasiswa untuk menjadi guru semakin baik. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan literature dan wawasan bagi mahasiswa mengenai kemampuan TPACK terhadap kesiapan untuk menjadi Kompetensi Pedagogik Guru melalui Penerapan Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid 19 di SMAN 1 Ponggok Tahun Pelajaran 2020 / 2021W D AstutikAstutik, W. D. 2022. Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Penerapan Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid 19 di SMAN 1 Ponggok Tahun Pelajaran 2020 / 2021. Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan, 2April, guru profesional di era digitalI BudianaS TinggiI TarbiyahI VillageBudiana, I., Tinggi, S., Tarbiyah, I., & Village, I. 2021. Menjadi guru profesional di era digital. JIEBAR, 023, 144-161. Berbasis Informasi dan Teknologi pada Guru SMK. Seminar Internasional Riksa BahasaA ChaerulM SrisudarsoChaerul, A., & Srisudarso, M. 2019. Produktif Berbasis Informasi dan Teknologi pada Guru SMK. Seminar Internasional Riksa Bahasa, 2019. Pembelajaran Abad di Era Digital yangA D HamdaniHamdani, A. D. 2021. Pendidikan di Era Digital yang Mereduksi Nilai Budaya. Cermin Jurnal Penelitian, 5, 62-68.
Komponenkomponen yang ada di kurikulum diantaranya terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Kurikulum akan berjalan sesuai tujuan pendidikan dengan adanya kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu variable kurikulum tidak berfungsi dengan baik, maka kurikulum akan berjalan kurang maksimal.
0% found this document useful 0 votes2K views1 pageCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views1 pageMasih Banyak Guru Yang Belum Mengetahui Adanya Buku Pelajaran DigitalJump to Page You are on page 1of 1Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!
FounderSAGUSATAL (Satu Guru Satu Buku Digital) Ikatan Guru Indonesia. SAGUSATAL merupakan website resmi kanal Satu Guru Satu Buku Digital dibawah naungan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Kanal ini didirikan oleh Bapak Adhan Chaniago pada bulan Februari tahun 2017 yang telah melatih guru sekitar 5.000 guru se-Indonesia. View profile.
Kompas Kamis, 26 Juni 2008 0122 WIB Jakarta, Kompas – Masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Padahal, Departemen Pendidikan Nasional sudah menyiapkan 49 judul buku digital yang sudah tersaji di internet. Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang kecil kemungkinan sekolah menggunakan buku digital. Sejumlah guru yang dihubungi pada Rabu 25/6 mengatakan, belum terlalu mengenal buku digital. ”Baru samar-samar mendengarnya,” kata Ahmad Taufan, guru di SDN 2 Merdeka, Kota Bandung. Menurutnya, program tersebut bisa menguntungkan murid, orangtua, dan guru. Namun, guru terlebih dahulu harus dibekali pengetahuan tentang internet. ”Banyak guru yang belum akrab dengan internet, apalagi harus mengunduh buku pelajaran,” ujarnya. Agus Supriyadi, guru SDN Merak 1 Balaraja, Kabupaten Tangerang mengatakan, di sekolahnya hanya ada satu komputer dan belum tersambung dengan jaringan internet. ”Jika harus ke warnet, bagaimana biayanya?” ujarnya. Suherna, guru kelas VI SDN Margadadi VI, Indramayu, Jawa Barat, mengatakan, buku sekolah elektronik BSE akan bermanfaat jika guru-guru diberi pelatihan dulu soal internet. ”Sebab, yang akrab dengan internet sekarang ini baru sekolah-sekolah di kota,” ujarnya. Secara keseluruhan, program BSE itu akan tetap mendapat dukungan dari guru-guru. Sebab, kata Suherna, harga buku sekarang semakin mahal, sedangkan kebutuhan buku dari setiap siswa setiap tahunnya mencapai 10 buku mata pelajaran. Itu berarti, jika harga buku teks pelajaran sekitar Rp hingga Rp per buku, dalam setahun orangtua siswa SD harus menyiapkan uang minimal Rp untuk membeli buku. Dilarang menjual buku Di Jakarta guru dan kepala SD dan SMP tidak diperbolehkan menjual buku pelajaran kepada para siswanya. Terhitung mulai tahun ajaran 2008 buku wajib tersebut harus dipinjamkan secara gratis kepada para muridnya. Buku wajib ini juga akan digunakan selama lima tahun. Dalam kurun waktu itu, buku-buku tersebut tidak akan diganti. ”Semua buku pelajaran untuk SD dan SMP negeri sudah disediakan pemerintah melalui dana biaya operasional sekolah,” kata Kepala Subdinas Standarisasi dan Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta Kamaluddin. Menurutnya, sekolah dilarang menjual buku pelajaran karena Depdiknas sudah menyiapkan 49 judul buku SD dan SMP di ineternet. INE/ THT/PIN/ELN This entry was posted in Berita Pendidikan and tagged BSE, Buku Digital, Buku Elektronik, Buku Pelajaran, Buku SD, Buku sekolah, Buku SMA, Buku SMP, Depdiknas, Pendidikan, SD. Bookmark the permalink.
Penelitianeksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan "jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?". Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan
Kompetensi seorang guru masih menjadi tolak ukur penilaian guru. Seorang guru yang baik mampu mencerminkan kompetensi yang dimiliki. Akan tetapi, kompetensi guru di sini sudah ada aturannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang akan didapatkan jika mengikuti pendidikan profesi. Dengan kata lain, kompetensi guru perlu dikembangkan dan terus dilakukan guna kemajuan pendidikan. Di era sekarang yang sudah serba digital sudah tentu menjadi tantangan tersendiri untuk para guru. Apalagi adanya pandemi covid-19 yang mengharuskan guru mampu menguasai teknologi guna menunjang proses pembelajaran. Artinya, di era digital seperti sekarang ini seorang guru harus mampu mengupgrade kompetensi agar tidak ketinggalan zaman. Sebelum membahas upaya apa yang kiranya bisa meningkatkan kompetensi guru maka, perlu diingat kembali mengenai 4 standar kompetensi itu sendiri. Penjelasan mengenai standar kompetensi guru bisa dilihat di bawah ini Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan seorang guru dalam mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik. Sub kompetensi pedagogik ada tujuh yaitu Karakter Perserta Didik. Teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik Pengembangan kurikulum Pembelajaran yang mendidik Pengembangan potensi peserta didik Cara berkomunikasi Penilaian dan evaluasi belajar Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian guru berkaitan dengan karakter personal yang dimiliki seorang guru. kompetensi kepribadian ini artinya guru harus mampu mencerminkan kepribadian yang positif misalnya jujur, disiplin, empati, berakhlak mulia dan sebagainya. Sebagai guru yang baik maka harus mampu menjadi contoh bagi peserta didiknya. Kepribadian yang dicerminkan seorang guru sebaiknya kepribadian sebagai guru profesional di mana seorang guru mampu menempatkan diri dengan baik ketika memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Artinya dibutuhkan peran guru dalam membantu membentuk kepribadian peserta didik. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan atau ketrampilan guru dalam menguasai materi agar tugas keguruan dapat terselesaikan dengan baik. Kompetensi profesional guru adalah implementasi dari segala materi maupun pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Kompetensi profesional berkaitan dengan hal yang bersifat teknis dan berhubungan langsung dengan kinerja guru. Berikut ini merupakan indikator seorang guru dikatakan profesional diantaranya yaitu Menguasai berbagai materi pelajaran terutama mata pelajaran yang diampu mencakup struktur pelajaran, konsep pelajaran, dan pola pikir keilmuannya. Menguasai standar kompetensi SK, kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, dan tujuan pembelajaran dari pelajaran yang diampu. Mampu mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif sehingga mampu memberi pengetahuan lebih luas dan mendalam. Mampu melakukan refleksi terhadap diri sendiri demi mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan juga untuk pengembangan diri. Dengan menguasai beberapa penjelasan yang sudah dijelaskan di atas diharapkan guru mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial guru adalah kemampuan dalam berkomunikasi, bersikap dan berinteraksi secara umum kepada peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, tenaga pendidik, dan masyarakat secara umum. Beberapa ketrampilan guru dalam kompetensi sosial adalah sebagai berikut Mampu bersikap inklusif, bertindak objektif, dan tidak diskriminatif terhadap seseorang terkait latar belakangnya, fisik, status sosial, jenis kelamin, ras, dan sebagainya. Mampu berkomunikasi secara efektif, bersikap empatik, dan santun. Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Mampu beradaptasi di lingkungan tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan berbagai macam keragaman sosial budaya untuk mengembangkan kualitas daerah sekitar. Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru di Era Digital Sebelumnya telah dibahas mengenai beberapa standar kompetensi yang harus dimiliki guru. Keempat kompetensi guru tersebut harus terus dikembangkan apalagi di era digital seperti ini. Kompetensi guru yang berkembang juga akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Lantas, bagaimana upaya untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut di era digital? Simak penjelasan berikut ini Mengikuti MGMP MGMP adalah musyawarah guru mata pelajaran sebagai himpunan guru yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi guru baik melalui diskusi maupun pelatihan. MGMP biasanya dilakukan oleh guru bidang studi yang sama untuk kemudian saling bertukar pendapat maupun pengalaman. MGMP sendiri bertujuan untuk meningkatkan minat guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan evaluasi program serta mengembangkan proses belajar mengajar untuk menunjang kegiatan pendidikan. Nah, dengan mengikuti MGMP harapannya guru bisa mengembangkan keempat standar kompetensi baik pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Mengikuti Workshop Workshop adalah kegiatan diskusi disertai praktek di mana sekelompok orang berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka. Kegiatan workshop bisa dilakukan secara langsung maupun secara online. Wokrshop secara online sekarang sering diadakan oleh beberapa media pelatihan. Nah, guru bisa melakukan workshop sebagai ajang untuk mengembangkan kompetensinya. Di era digital, guru diharapkan aktif mengikuti workshop baik di sekolahnya maupun secara online. Mengikuti kursus atau pelatihan komputer Seorang guru belum semua bisa menguasai komputer. Nah, bisa disarankan untuk mengikuti kursus ya. Karena sekarang juga banyak kursus komputer yang menawarkan berbagai pelatihan seperti pelatihan Ms. Excel, Ms. Power Point, maupun pelatihan yang lainnya. Ketrampilan ini juga bisa menunjukkan keprofesionalan seorang guru bahwa guru bisa menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Demikian penjelasan mengenai kompetensi guru dan upaya meningkatkan kompetensi guru. Sebagai guru diharapkan terus mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki guna peningkatan kompetensi guru. Semangat para guru! Daftarkan diri Anda sebagai anggota dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member
TugasGuru. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. Volume 3 Nomor 5 Tahun 2016 INDONESIAN DIGITAL JOURNAL OF MATHEMATICS AND EDUCATION m o o r N 2 0 1 6 PENGGUNAAN MEDIA FOTO KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS
Dunia tengah memasuki revolusi digital atau industrialisasi keempat. Penggunaan Internet of Things IoT, big data, cloud database, blockchain, dan lain-lain akan mengubah pola kehidupan manusia. Murid, misalnya, dengan mudah dapat menemukan informasi melalui internet untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Bahkan, untuk kondisi tertentu seperti di daerah-daerah 3T terdepan, terluar, tertinggal, gawai dapat menggantikan orang tua dan guru. Di daerah seperti ini kebanyakan orang tua tidak mampu membimbing anaknya belajar. Guru yang baik pun jarang ditemukan. Di masa depan, pengajaran kepada murid bisa jadi fungsi perusahaan digital juga. Selain di sekolah, anak dapat belajar di mana saja. Betulkah gawai negatif? Kini lebih dari 93 juta penduduk Indonesia adalah pengguna internet dan sekitar 71 juta memiliki telepon seluler ponsel. Mereka cenderung terhubung dengan media digital. Sebagian adalah orang muda yang senang terhubung connected dan berkomunikasi-communicate, serta menggandrungi perubahan change. Sebagian besar adalah generasi baru yang menghadapi pergeseran kebiasaan lama ke tradisi baru yang tidak mudah menduga arahnya. Perkembangan dunia digital begitu dinamis yang lambat laun bukan sekadar mempengaruhi tapi mengubah gaya hidup masyarakat tanpa dapat dihindari oleh siapa pun. Dunia tidak perlu menunggu waktu satu abad untuk mengalami perubahan era digital. Anak sekolah sekarang ketika dewasa kelak akan berhadapan dengan digitalisasi kehidupan. Diperkirakan 65% ragam pekerjaan sekarang akan tergantikan oleh jenis pekerjaan baru yang kini belum terbayangkan. Sebut saja, misalnya, ketika perangkat proyektor diaplikasikan pada komputer dan HP, maka berbagai pabrik proyektor dan bahkan televisi akan segera tutup, pengunjung bioskop pun menghilang. Banyak pemangku kepentingan pendidikan, baik birokrat, tokoh masyarakat, maupun orang tua murid yang mengkhawatirkan dampak negatif penggunaan telepon seluler oleh anak. Banyak pula sekolah yang melarang murid membawa ponsel. Padahal, sebagai alat komunikasi, baik atau buruknya penggunaan gawai tergantung kepada pemakai. Dukungan dari semua pihak yang relevan terkait upaya meminimalkan dampak negatif media digital tentu diperlukan. Namun, penggunaan gawai untuk tujuan positif harus diberi ruang seluas-luasnya. Inovasi teknologi untuk pendidikan Salah satu area teknologi digital dapat memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat adalah di sektor pendidikan. Masih banyak komunitas di Indonesia yang mayoritas orang tua tidak mampu membantu anaknya belajar. Penyebabnya bisa karena mereka berpendidikan rendah atau jarang berada di rumah. Selain itu, masih banyak guru yang kemampuan mengajarnya meragukan, sebagaimana terindikasi bahwa lebih dari separuh mereka tidak lulus uji kompetensi guru UKG. Hasilnya banyak anak Indonesia mendapatkan kualitas pengajaran dan pendidikan yang rendah. Hasilnya kemampuan membaca, berhitung, dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand berdasarkan tes PISA The Programme for International Student Assessment 2016. Sebuah perusahaan berbasis teknologi digital, Ruangguru, berupaya memberikan solusi untuk masalah pendidikan di Indonesia dengan menyediakan platform pembelajaran via gawai. Indonesia memiliki 3,1 juta guru tetap ditambah lebih dari 700 ribu guru honorer. Sekitar separuh dari jumlah tersebut memiliki kompetensi cukup untuk dapat mengajar dengan baik. Sebagian dari guru kelompok terbaik berpotensi besar untuk menjadi mitra kerja perusahaan pembelajaran digital. Perusahaan digital Ruangguru, didirikan pada 2014, saat ini telah merekrut melalui seleksi ketat sekitar 150 ribu guru untuk bergabung dalam platform mereka. Para guru ini adalah mitra kerja Ruangguru sebagai tutor yang membantu anak memahami materi pelajaran. Modul bimbingan belajar setiap materi disajikan secara visual dan dapat diunduh pengguna. Murid membayar setiap paket belajar yang dipilihnya, mulai puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Guru tutor mendapat penghasilan sesuai dengan jumlah pengguna yang mengikuti paket belajarnya. Pada awal 2018, lebih dari tujuh juta murid SMP dan SMA menjadi pengguna. Jumlah anak sekolah SMP dan SMA di Indonesia 14,6 juta ditambah murid SMK sebanyak 4,8 juta orang. Berbagai aplikasi Ruangguru menempati peringkat pertama untuk kategori pendidikan di Google Play dan iOS App Store. Contoh layanan yang disediakan Ruangguru, misalnya Ruangguru “On-The-Go”, yaitu aplikasi untuk mempermudah murid menyaksikan video tanpa kuota internet. Ruangguru juga memudahkan murid untuk mengakses ribuan video materi, pembahasan dan latihan dari beragam mata pelajaran tiap-tiap tingkatan kelas. Video tersebut didesain dan diproduksi Ruangguru bersama guru tutor pilihan. Sebuah produk Ruangguru, bernama “digitalbootcamp”, yaitu platform belajar kelompok dengan bimbingan tutor siaga. Grup chat belajar ini memanfaatkan modul bimbingan belajar lengkap, latihan soal dan tryout, serta akses video materi yang tersedia di “ruangbelajar.” Melalui layanan “digitalbootcamp” Ruangguru berhasil membantu lebih dari 96% pesertanya meraih nilai rata-rata di atas 70 pada Ujian Nasional 2017. Ruangguru juga menawarkan beberapa produk lain, seperti “ruanglesonline” layanan bimbingan belajar sesuai kebutuhan. Melalui “ruanglesonline” anak mengirimkan foto soal dan menuliskan pertanyaan terkait soal tersebut. Dalam waktu 3 menit dia akan terhubung dengan tutor. Kemudian tutor membantu anak belajar via chat selama 30 menit dengan biaya Sementara itu, layanan “ruangles” menyediakan ribuan profil guru privat berkualitas yang dapat dipilih anak sendiri untuk membimbingnya belajar di rumah atau tempat lain yang disepakati. Anak dapat juga menyampaikan kebutuhan belajarnya dan Ruangguru akan memilihkan tutor yang paling pas untuk anak. Guru privat membuat rencana belajar sesuai kebutuhan anak dan secara rutin melaporkan perkembangan belajar kepada orangtua anak. “Ruangles” adalah portal pencarian guru privat terbesar di Indonesia. Para guru juga bisa memanfaatkan aplikasi “ruangkelas”, layanan Learning Management System yang disediakan secara gratis untuk guru dan murid di Indonesia. Aplikasi ini membantu guru memberi tugas dan memonitor perkembangan belajar murid. Guru dapat memberikan tugas dan ujian kepada murid secara online di mana saja dan kapan saja. Guru dapat memonitor hasil tugas yang dikerjakan murid secara langsung dan mudah. Guru dapat mengevaluasi kemampuan murid untuk tiap mata pelajaran secara otomatis. Potensi yang harus digali “Sekolah” berasal dari bahasa latin yang arti sebenarnya adalah waktu luang. Sekolah merupakan kegiatan di waktu luang bagi anak dan remaja di tengah hak dasar mereka untuk bermain menikmati masa mudanya. Dalam perkembangannya, makna sekolah berubah menjadi lembaga tempat berprosesnya ajar antara murid dan guru yang memerlukan tempat dan dukungan berbagai alat bantu pembelajaran dalam suasana birokratis. Di masa depan, dengan perkembangan teknologi, anak dapat belajar di mana saja dan guru pun dapat menjadi fasilitator dan moderator pembelajaran tanpa terikat ruang fisik. Ruangguru sudah menunjukkan sedikit gambaran bagaimana itu dapat terlaksana. Ke depan, Indonesia memang masih memerlukan banyak pembangunan startup yang menawarkan layanan-layanan spesialis, seperti perusahaan digital “Sanggaripa,” “Sanggarips,” “Sanggarhitung, "Sanggarbaca,"dan lain-lain untuk memberi pengajaran kepada murid,” Lemaripustaka" yang menyediakan bacaan bagi murid, dan “Pondoksantri” dan “Kitabkuning"yang mempromosikan berbagai pelajaran madrasah dan pesantren. Pemerintah Indonesia saat ini memfasilitasi Gerakan Nasional 1000 Startup Digital untuk mendorong pengembangan dan penggunaan teknologi dalam menyediakan berbagai solusi inovatif. Namun, yang tak kalah penting dari pengembangan startup digital adalah pemerataan pembangunan infrastruktur digital di seluruh pelosok negeri. Agar Indonesia dapat memanfaatkan perkembangan teknologi era digital, dukungan internet berkapasitas besar dan supercepat di semua desa dan sekolah diperlukan.
- Г ψխшеви
- Шከգитеմθвጪ снիриբ
- Звемቧцθ ахխսο абряγ хиզо
- ጬз тисрιцезв ծጰգωп
- Χи др ατазвеጭօпи еሕоኒюмι
Halini juga diperparah dengan tidak adanya fasilitas pendukung yang mendorong masyarakat agar lebih menyukai buku. Karena di era sekarang yang sudah serba digital ini, masih saja ada masyarakat di sebuah daerah yang tidak memiliki minat baca. Melihat banyak hewan langka yang diperjualbelikan rasanya ini sudah keterlaluan. 21. Contoh
Bacalah paragraf berikut dengan saksama ! untuk soal nomor 1 dan 2. 1 Masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. 2Padahal, Kementerian Pendidikan Nasional sudah menyiapkan 49 judul buku digital kecil di internet. 3 Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang, kemungkinan kecil sekolah menggunakan buku digital. 4 Walaupun program tersebut sangat bermanfaat dan menguntungkan murid, orang tua dan guru belum sepenuhnya memahami cara memperolehnya. 5 Di samping itu, banyak guru belum mengenal belum buku digital yang diakses dari internet sehingga mereka harus dibekali pengetahuan tentang internet. 1. Ide pokok paragraf tersebut adalah . . . . A. Empat puluh sembilan judul buku digital B. Buku pelajaran digital di internet C. Kemungkinan penggunaan buku digital D. Keuntungan program buku digital E. Pengetahuan guru tentang buku digital Pembahasan Ide pokok paragraf atau biasa dikenal dengan gagasan utama yang merupakan bagian penting dalam suatu paragraf. Ide pokok paragraf tersebut adalah pengetahuan guru tentang buku digital. Jawaban E 2. Kalimat fakta dalam paragraf tersebut adalah nomor . . . . A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C. 3 Pembahasan Kalimat fakta merupakan kalimat yang berdasarkan kenyataan dari sebuah peristiwa. Kalimat fakta dalam paragraf tersebut adalah nomor 2. Jawaban B 3. Bacalah paragraf berikut dengan saksama ! 1 Ratusan batu nisan berderet di Punggungan Dughla, meter dari permukaan laut itu memuat nama pendaki puncak gunung itu. 2 Kabut tipis menyamarkan nama-nama yang dipahat di batu itu. 3 Berada di jalur utama pendakian Gunung Everest, deretan nisan tanpa jasad itu mencekam setiap pendaki yang hendak menjajal puncak tertinggi bumi. 4 Nama-nama itu adalah mereka yang hilang atau tewas di Everest sejak gunung ini pertama kali didaki. 5 Scott Fischer salah satu nama legende yang dipahatkan di batu nisan itu tewas bersama tujuh pendaki lain dalam tragedi Mei 1996. Kalimat yang merupakan opini dalam paragraf tersebut adalah nomor .... A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C. 3 Pembahasan Kalimat opini adalah kalimat yang menyatakan pendapat, kesan, atau tanggapan atas suatu hal. Suatu opini memungkinkan terjadinya perbedaan antara orang yang satu dengan orang lainnya. Jawaban C Bacalah paragraf berikut dengan saksama ! untuk soal nomor 4 dan 5. Anak-anak memiliki kebutuhan tidur yang lebih banyak daripada orang dewasa. Hal ini dikarenakan anak-anak masih dalam masa pertumbuhan yang notabene membutuhkan banyak energi untuk terus tumbuh. Namun, secara umum kebutuhan tidur orang dewasa berkisar antara 7 sampai 9 jam per hari. Hal itu terungkap dalam seminar kesehatan di Jakarta yang dihadiri oleh ratusan pendengar. Kebutuhan tidur sangat bervariasi pada setiap orang karena kebutuhan tidur dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, umur, kondisi fisik, dan psikologis. 4. Makna istilah psikologis dalam paragraf tersebut adalah .... A. Perkembangan jiwa D. Ilmu jiwa B. Keadaan jiwa E. Hal kejiwaan C. Pertumbuhan jiwa Pembahasan Istilah psikologis berasal dari kata dasar psikologi yang artinya “ilmu kejiwaan”. Istilah tersebut mendapat akhiran –is yang bermakna “sifat”. Dengan demikian, psikologis berarti “sifat atau keadaan kejiwaan”. Jawaban B 5. Kesimpulan paragraf tersbut adalah .... A. Kebutuhan tidur sangan bervariasi pada setiap orang. B. Kebutuhan tidur sangat dipengaruhi oleh kondisi. C. Kondisi kebutuhan tidur anak-anak sangat bervariasi. D. Anak-anak membutuhkan tidur yang cukup banyak. E. Kebutuhan tidur orang dewasa sangat bervariasi. Pembahasan Pada umumnya letak kesimpulan berada pada bagian akhir paragraf. Seperti pada soal tersebut, kesimpulan paragraf itu adalah “kebutuhan tidur sangan bervariasi pada setiap orang”. Jawaban A 6. Cermatilah paragraf berikut ! Lembah Harau, di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat merupakan jurang yang besar dengan diameter mencapai 400 meter. Di Harau ini banyak keindahan yang memukau. Tebing-tebing granit menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. ... Dari mulai memasuki Lembah Harau, pengunjung sudah menikmati tebing-tebing granit ini. Kalimat deskripsi yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang dalam paragraf tersebut adalah .... A. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80-300 meter. B. Sebagian pemanjat tebing dunia telah mengunjungi tempat ini untuk dipanjatnya. C. Banyak orang membandingkan Lembah Harau yang indah dengan “Grand Canyon”. D. Pengunjung menikmati keindahan alamnya dalam udara yang sangat segar dan bersih. E. Tebing granit di Lembah Harau sudah lama menjadi daya tarik wisata Provinsi Sumatra Barat. Pembahasan Kalimat deskriptif adalah kalimat yang menggambarkan orang, benda, alam, dan yang lainnya. Kalimat deskriptif ditandai oleh banyaknya penggunaan kata sifat di dalamnya. Contoh kalimat deskriptif, “Tebing-tebing yang terjal ini mempunyai ketinggian 80-300 meter kata-kata bergaris bawah merupakan kata sifat. Jawaban A 7. Bacalah paragraf berikut dengan saksama! Koperasi mempunyai prinsip dasar menyejahterakan seluruh anggotanya dan sebagai kekuatan penyeimbang dalam........ ekonomi. Koperasi perlu dikembangkan dengan membentuk jaringan kerja mitra antarkoperasi dari berbagai dunia. Tidak adanya koperasi, usaha kecil menengah sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional, yang dikelola dengan mengedepankan prinsip..., efisiensi, dan... Kata serapan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah.... A. sistem, efektivitas, dan produktivitas B. sistem, efektivitas, dan produktifitas C. sistem, efektifitas, dan produktifitas D. sistim, efektifitas, dan produktifitas E. sistim, efektifitas, dan produktifitas Pembahasan Kata serapan yang tepat yaitu sistim seharusnya sistem, efektifitas seharusnya efektivitas, produktifitas seharusnya produktivitas Jawaban A 8. Bacalah kutipan paragraf di bawah ini! Aparat hukum bertugas memberantas pelaku kejahatan narkoba, terutama dari sisi peredaran gelap narkoba. Lembaga kesehatan, pendidikan, sosial, dan agama berperan mencegah dan menanggulangi masalah itu terutama dari sudut penggunaan atau penyalahgunaan narkoba. Pihak keluarga pun tidak kalah penting dalam menanggulangi barang haram tersebut. Memang pemerintah dan masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf di atas termasuk jenis paragraf . . . . A. Campuran D. Menyebar B. Induktif E. Ineratif C. Deduktif Pembahasan Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Jadi paragraf tersebut termasuk paragraf induktif karena kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf, yaitu Memang pemerintah dan masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Jawaban B 9. Bacalah kutipan paragraf di bawah ini! Rendahnya minat baca pada siswa disebabkan dua faktor. Faktor tersebut bersifat internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, siswa tidak suka membaca, malas, dan kurangnya motivasi. Sedangkan faktor eksternal antara lain, terbatasnya jumlah dan keragaman buku, serta kurang adanya keteladanan dari orang tua dan guru. Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf di atas termasuk jenis paragraf . . . . A. Deduktif D. Menyebar B. Induktif E. Ineratif C. Campuran Pembahasan Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di awal paragraf. Jadi paragraf tersebut termasuk paragraf deduktif karena kalimat utamanya terletak pada awal paragraf, yaitu Rendahnya minat baca pada siswa disebabkan dua faktor. Jawaban A 10. Bacalah kutipan paragraf di bawah ini ! Pemanasan global yang mengakibatkan kenaikan suhu di atas permukaan bumi mengancam keberadaan Negara-negara kepulauan seperti Indonesia, Filipina, dan itu dikatakan Ketua Program Doktor damn Magister Pengelolaan dan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pasca Sarjana Sumatera Utara USU, Prof. Dr. Alvi Syahrin, saat sosialisasi Mitigasi dan Perubahan Iklim, di Medan, mengatakan, pemanasan global yang terjadi diramalkan juga akan mencairkan es Greendland hingga menyebabkan naiknya permukaan laut menuju tujuh meter. Isi kutipan paragraf di atas adalah . . . . A. Pemanasan global yang mengakibatkan kenaikan suhu B. Pemanasan global mengancam neagara-negara kepulauan C. Pemanasan global dikatakan oleh Prof. Dr. Alvi Syahrin D. Pemanasan global yang terjadi akan mencairkan lapisan es E. Pemanasan global mengancam Indonesia Pembahasan Karena didalam paragraf tersebut dikatakan bahwa pemanasan global yang terjadi akan mencairkan lapisan es Greendland hingga menyebabkan naiknya permukaan laut menuju tujuh meter. Jawaban D
SekolahMenengah Atas terjawab • terverifikasi oleh ahli (1) Masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. (2) Padahal, Kementerian Pendidikan Nasional sudah menyiapkan 49 judul buku digital kecil di internet. (3) Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang, kemungkinan kecil sekolah menggunakan buku digital.
Di era digital seperti sekarang ini, teknologi semakin berkembang pesat. Hal ini membuat berbagai bidang, termasuk pendidikan, harus ikut beradaptasi dengan perubahan tersebut. Salah satu bentuk adaptasi di bidang pendidikan adalah dengan memanfaatkan buku pelajaran digital. Apa itu Buku Pelajaran Digital? Buku pelajaran digital adalah buku yang disajikan dalam bentuk digital atau elektronik. Buku ini bisa dibaca melalui perangkat elektronik seperti komputer, laptop, tablet, atau smartphone. Isi dari buku pelajaran digital sama dengan buku pelajaran biasa, namun ditampilkan dalam bentuk digital dengan tambahan fitur-fitur interaktif seperti video, audio, gambar, dan animasi. Kelebihan Buku Pelajaran Digital Buku pelajaran digital memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan buku pelajaran biasa. Pertama, buku pelajaran digital lebih ringkas dan mudah dibawa-bawa karena bisa disimpan dalam perangkat elektronik. Kedua, buku pelajaran digital lebih interaktif dan menarik karena dilengkapi dengan fitur-fitur multimedia. Ketiga, buku pelajaran digital lebih ramah lingkungan karena tidak membutuhkan kertas dan tinta untuk dicetak. Masih Banyak Guru yang Belum Mengetahui Adanya Buku Pelajaran Digital Meskipun buku pelajaran digital memiliki banyak kelebihan, namun masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Beberapa alasan mengapa hal ini terjadi antara lain karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan mengenai penggunaan buku pelajaran digital, ketidakfahaman terhadap teknologi, dan keterbatasan akses internet di beberapa daerah. Manfaat menggunakan Buku Pelajaran Digital Manfaat menggunakan buku pelajaran digital sangatlah banyak. Pertama, buku pelajaran digital dapat mempermudah proses belajar mengajar karena guru dapat menampilkan materi pelajaran secara interaktif dan menarik. Kedua, buku pelajaran digital dapat memperkaya pengalaman belajar siswa karena dilengkapi dengan fitur-fitur multimedia yang lebih menarik. Ketiga, buku pelajaran digital dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran karena guru dapat memantau perkembangan belajar siswa secara online. Buku Pelajaran Digital sebagai Solusi Pendidikan di Masa Pandemi Di masa pandemi seperti sekarang ini, pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu solusi untuk menghindari penyebaran virus. Hal ini membuat buku pelajaran digital semakin dibutuhkan sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan buku pelajaran digital, siswa dapat belajar dari rumah dengan mudah dan nyaman. Selain itu, buku pelajaran digital juga memudahkan guru dalam memberikan tugas dan memantau perkembangan belajar siswa secara online. Kesimpulan Buku pelajaran digital merupakan bentuk adaptasi di bidang pendidikan yang semakin dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. Meskipun memiliki banyak kelebihan, masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Oleh karena itu, sosialisasi dan pelatihan mengenai penggunaan buku pelajaran digital perlu dilakukan agar guru dapat memanfaatkan teknologi ini dalam proses belajar mengajar. Di masa pandemi seperti sekarang ini, buku pelajaran digital menjadi solusi pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh. 2014-01-09
KPAImencermati, masih banyak guru yang menyepelekan aduan perundungan.
Bacalah paragraf berikut! 1 Masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. 2 Padahal, Kementrian Pendidikan Nasional sudah menyiapkan 49 judul buku digital kecil di internet. 3 Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang, kemungkinan kecil sekolah menggunakan buku digital. 4 Walaupun program tersebut sangat bermanfaat dan menguntungkan murid, orang tua, dan guru belum sepenuhnya memahami cara memperolehnya. 5 Di samping itu, banyak guru belum mengenal buku digital yang diakses dan di internet sehingga mereka harus dibekali pengetahuan tentang internet. Kalimat fakta dalam paragraf tersebut adalah nomor...
Takhanya guru, tapi peserta didik juga masih banyak yang bingung. Hal ini terlihat dari masih banyaknya peserta didik yang belum siap mengikuti pembelajaran dengan kurikulum 2013. Dengan mengetahui kesulitan yang di alami guru dan peserta didik dapat dicari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
Saat ini, teknologi telah merubah banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah cara kita belajar. Dulu, kita hanya mengandalkan buku-buku cetak sebagai sumber belajar. Namun sekarang, kita dapat belajar melalui buku pelajaran digital. Walaupun buku pelajaran digital telah ada selama beberapa tahun, masih banyak guru yang belum mengetahui keberadaannya. Hal ini sangat disayangkan, karena buku pelajaran digital memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki oleh buku cetak. Keuntungan Buku Pelajaran Digital Salah satu keuntungan utama dari buku pelajaran digital adalah fleksibilitasnya. Dengan buku pelajaran digital, siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja. Mereka tidak perlu membawa buku-buku tebal ke mana-mana, karena buku pelajaran digital dapat diakses melalui komputer, tablet, atau smartphone. Selain itu, buku pelajaran digital juga lebih ramah lingkungan. Kita tidak perlu mencetak buku-buku tebal yang menghasilkan kertas bekas yang banyak. Dengan menggunakan buku pelajaran digital, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Selain itu, buku pelajaran digital juga lebih interaktif. Buku pelajaran digital dapat berisi video, audio, dan animasi yang membuat proses belajar lebih menarik. Selain itu, buku pelajaran digital juga dapat memiliki fitur interaktif seperti kuis dan latihan soal yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Alasan Guru Belum Menggunakan Buku Pelajaran Digital Meskipun buku pelajaran digital memiliki banyak keuntungan, masih banyak guru yang belum menggunakannya. Beberapa alasan mengapa guru belum menggunakan buku pelajaran digital adalah 1. Tidak memiliki akses internet yang mencukupi di sekolah 2. Tidak memiliki perangkat yang mencukupi untuk mengakses buku pelajaran digital 3. Tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mempelajari cara menggunakan buku pelajaran digital 4. Khawatir siswa tidak dapat fokus jika menggunakan perangkat elektronik saat belajar Cara Mengatasi Kendala Penggunaan Buku Pelajaran Digital Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, sekolah dapat menyediakan akses internet yang mencukupi dan perangkat yang mencukupi untuk siswa dan guru. Kedua, guru dapat mengikuti pelatihan tentang penggunaan buku pelajaran digital, sehingga mereka dapat memanfaatkan buku pelajaran digital dengan optimal. Ketiga, guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat fokus pada pembelajaran meskipun menggunakan perangkat elektronik. Selain itu, guru juga dapat memilih buku pelajaran digital yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat membantu mereka dalam memahami materi pelajaran. Kesimpulan Buku pelajaran digital memiliki banyak keuntungan dan dapat membantu siswa dalam proses belajar. Namun, masih banyak guru yang belum mengetahui keberadaannya atau belum menggunakan buku pelajaran digital karena beberapa kendala. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman guru tentang buku pelajaran digital dan cara penggunaannya, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat dari teknologi dalam proses belajar mereka.
lQURtN. 8j2yqqc1t4.pages.dev/1978j2yqqc1t4.pages.dev/6118j2yqqc1t4.pages.dev/7108j2yqqc1t4.pages.dev/7778j2yqqc1t4.pages.dev/4788j2yqqc1t4.pages.dev/1538j2yqqc1t4.pages.dev/5328j2yqqc1t4.pages.dev/8828j2yqqc1t4.pages.dev/1658j2yqqc1t4.pages.dev/4778j2yqqc1t4.pages.dev/8398j2yqqc1t4.pages.dev/3128j2yqqc1t4.pages.dev/2168j2yqqc1t4.pages.dev/8888j2yqqc1t4.pages.dev/960
masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital